Senin, 22 Februari 2016

Sekolah Lapang Pengembangan Pertanian Organik

Magelang - PPL, Koramil 15 Dukun dan Poktan Ngudi Makmur 1 Dusun Wuni Desa Sewukan selenggarakan Sekolah Lapang Agribisnis Pengembangan Pertanian Organik di Dusun Wuni Sewukan, Senin (22/02/2016).

Kegiatan sekolah lapang yang dijadwalkan mulai tanggal 22 sampai dengan 25 Pebruari 2016 diikuti oleh para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Ngudi Makmur 1 Dusun Wuni Desa Sewukan Kecamatan Dukun. Sekolah Lapang yang dilaksanakan tersebut merupakan salah satu upaya dari Anita Widiastuti, A.Md petugas penyuluh dari BPPPK Kecamatan Dukun untuk memberikan cara-cara pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan mikro organisme lokal.

Pupuk organik cair yang dibuat oleh Poktan Ngudi Makmur 1 tersebut adalah pupuk yang menggunakan bahan baku yang mudah didapat disekitar kita. Sekilah Lapang yang dilaksanakan di Sewukan ini membuat pupuk cair yang mengandung unsur Nitrogen, Phospat dan Kalium. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Para peserta sekolah lapang mendapat pelajaran cara membuat pupuk organik cair yang diberikan oleh Anita Widiastuti, A.Md, PPL  dari BPPPK  Dukun. 

Pupuk Organik Cair dengan mikro organisme lokal dengan bahan baku kulit nanas merupakan pupuk cair mikro organisme lokal yang mengandung nitrogen. Pupuk tersebut sangat baik untuk memacu pertumbuhan tanaman pada tahap awal. Pupuk ini baik digunakan saat pengolahan tanah sampai tanaman usia muda yang berumur sampai dengan 10, 20,30 atau 40 hari setelah tanam. Bahan baku selain kulit nanas bisa juga menggunakan pepaya, limbah sayuran dan rebung serta keong mas (siput).

Selanjutnya adalah pupuk dengan mikro organisme lokal yang mengandung unsur phospat. Pupuk ini sangat baik untuk  pembungaan atau pembuahan pada tanaman. Untuk membuat pupuk ini para peserta menggunakan bahan baku dari nasi sisa (sego wadang), daun bambu kering, bonggol pisang dan kulit buah coklat. Namun karena bahan baku kulit buah coklat sulit didapat, maka petani Sewukan jarang tidak menggunakannya sebgai bahan baku pupuk MOL. Pupuk ini igunakan masa pertumbuhan vegetatif / 50 hari setelah tanam.

"Bonggol pisang dicacah kemudian dicampur dengan tetes tebu sampai tumbuh jamur.
Kemudian dicampur air. Air yang mengandung mikro organisme lokal itulah yg dipake utk pemupukan" ujar Anita. Anita Widiastuti, AMd merupakan lulusan Diploma Tekhnologi Pertanian UGM.

Sabut kelapa merupakan bahan baku untuk membuat pupuk MOL yang mengandung  Kalium. Sabut kelapa ditumbuk kemudian direndam dalam air dan ditambah tetes tebu, direndam selama ± 7 hari. Sau buah sabut kelapa yang sudah ditumbuk direndam dengan 5 liter air dan dicampur seetengah gelas tetes tebu. Jenis pupuk MOL ini merupakan pupuk yang berfungsi untuk penguatan tanaman agar tahan penyakit dan hama.
Selain itu, masih kata Anita, bahwa sekolah lapang ini juga membuat pestisida nabati yang terbuat dari rempah rempah untuk mencegah dan mengendalikan hama.

Edi Kusnawan, ketua poktan Ngudi Makmur 1 mengatakan bahwa MOL ini sudah dibuktikan pada tanaman padi dilahan percontohan yang dibuat di Dusun Wuni.  Dua petak sawah dengan luas 0,2 hektar milik Suwandi dan Mardi.

Dari hasil panen dilahan percontohan tersebut diperoleh 6,7 ton gabah kering panen. Hasil ini merupakan hasil yang cukup bagus dibanding dengan panen sebelumnya.

"Dengan MOL ini panen bisa lebih cepat waktunya" ujar Edi Kusnawan.

Di temui di depan balai desa, Kencuk Dedy Riswanto Kepala Desa Sewukan mengatakan bahwa sekolah lapang ini sangat bermanfaat bagi para petani. Karena setelah mampu membuat pupuk MOL sendiri petani akan lebih irit dalam pembiayaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar